Dalam kehidupan ini, ada banyak
sekali prinsip-prinsip hidup yang harus kita jalani dan kita pegang teguh.
Belajar dari kehidupan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya, pada kesempatan ini
paling tidak, ada empat prinsip hidup yang harus kita wujudkan dalam kehidupan
kita, baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Pertama, berdoa. Salah satu yang amat penting untuk kita lakukan
dalam hidup ini adalah berdoa kepada Allah SWT. Doa bukan hanya menunjukkan
kita merendahkan diri kepada Allah, tapi memang kita merasa betul-betul
memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah adalah segala-galanya,
sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung kepada-Nya. Di antara doa Nabi Ibrahim
AS adalah agar negeri yang ditempati diri dan keluarganya dalam keadaan aman .
Doa yang amat penting dipanjatkan
oleh Nabi Ibrahim adalah agar diri dan keturunannya terhindar dari kemusyrikan,
yakni menuhankan dan mengagungkan selain Allah SWT. Menurut Sayyid Quthb
dalam tafsirnya: “Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat
Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan dan
kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah SWT.” Karena
itu, iman atau tauhid merupakan nikmat terbesar yang Allah SWT berikan kepada
kita semua sehingga iman merupakan sesuatu yang amat prinsip dalam Islam,
dengan iman yang kokoh kita memiliki kemerdekaan jiwa dalam arti tidak
terbelenggu oleh apapun dan siapapun juga kecuali kepada Allah SWT.
Iman juga membuat kita memiliki
kekuatan jiwa sehingga ketiga hidup senang kita tidak lupa diri dan ketika
susah kita tidak putus asa, sesulit apapun keadaannya. Dan dengan iman membuat
kita memiliki ketenangan jiwa karena kita yakin bahwa pasti ada jalan keluar dari
problematika hidup.
Prinsip hidup Kedua adalah memiliki semangat berusaha sehingga mau berusaha semaksimal mungkin. Hal ini karena sesulit apapun keadaan, peluang mendapatkan sesuatu tetap terbuka lebar. Siti Hajar telah membuktikan kepada kita betapa ia berusaha mencari rizki meski berada di daerah yang saat itu belum ada kehidupan, inilah yang dalam ibadah haji dan umrah dilambangkan dengan sai yang artinya usaha. Karena itu, ketika kita sudah berdoa, jangan sampai kita mengkhianati doa kita sendiri. Berdoa minta ilmu tapi tidak mau belajar, berdoa minta anak shalih tapi tidak mencontohkan keshalihan dan tidak mendidik mereka, berdoa minta sehat tapi mengonsumsi sesuatu yang mendatangkan penyakit, berdoa minta rizki tapi tidak mau berusaha meraih yang halal, begitulah seterusnya. Ini yang kita maksud dengan mengkhianati doa sendiri.
Kadang ada orang salah paham, dia
tidak mau berusaha karena katanya “rizki kan di tangan Tuhan.” Kalimat itu
tidak salah, yang banyak orang salah adalah memahaminya; seolah-olah rizki itu
akan kita dapat secara otomatis, mereka berkata: “sekalipun usaha, kalau bukan
rizki kita tetap saja tidak dapat.” Padahal Allah SWT memang sudah menyediakan
rizki buat kita, bahkan tidak ada makhluk di muka bumi ini, kecuali sudah ada
rizkinya. Karena sudah ada dan disediakan, maka kita tinggal mengambilnya,
bukan berpangku tangan. Kambing itu bisa menjadi rizki kita, tapi kitapun harus
berusaha dengan menyembelihnya secara benar, membersihkannya, memasaknya untuk
selanjutnya memakannya, baru jadi rizki kita. Apa yang sudah di depan mata, kita
masih harus berusaha agar menjadi rizki kita, apalagi rizki yang Allah sediakan
di laut, di gunung hingga di pulau lain dan di belahan bumi yang lain.
Siti Hajar telah mencontohkan kepada
kita bahwa meskipun ia berbaik sangka kepada Allah SWT Yang Maha Pemberi Rizki,
tapi ia tetap berusaha untuk mencari rizki, namun ketika mencari rizki,
perhatian dan tanggung jawab utama kepada pendidikan anak tetap dilaksanakan
hingga Ismail menjadi anak yang shalih dan selalu menunjukkan ketaatan yang
luar biasa kepada Allah SWT dan orang tuanya. Bangunan berupa pilar setengah
lingkaran di dekat Ka’bah merupakan monumen bersejarah yang disebut dengan hijr
Ismail (pangkuan Ismail), di situlah dulu Ismail diasuh oleh ibunya.
Prinsip hidup Ketiga
yang harus kita wujudkan sebagaimana telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya adalah memiliki hati yang bersih dan tajam. Seperti halnya badan
dan benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah
dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan
kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci.
Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan
terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali.
Setelah hati bersih, maka hatipun menjadi tajam sehingga orang yang hatinya tajam amat mudah membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang diperintah dan mana yang dilarang. Karena itu, Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail cepat paham dan nyambung terhadap perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail meskipun hanya dengan isyarat mimpi. Dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang hatinya tumpul karena sudah berkarat dengan dosa, sehingga jangankan bahasa isyarat, bahasa yang terang, jelas dan tegas saja bahwa hal itu diperintah atau dilarang tetap saja tidak paham atau tidak mau dipahami.
Keempat yang merupakan prinsip hidup yang kita ambil dari Nabi
Ibrahim AS dan keluarganya adalah Tidak Menyombongkan diri atas kebaikan yang
dilakukannya. Dalam kehidupan manusia, banyak orang baik merasa paling baik,
bahkan merasa sebagai satu-satunya orang atau kelompok yang baik. Begitu pula
ada orang yang berusaha menjadi orang yang benar tapi merasa sebagai orang yang
paling benar atau satu-satunya yang benar. Ini merupakan kesombongan atas
kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya. Sikap seperti ini merupakan sesuatu
yang tidak baik sekaligus menunjukkan bahwa dia orang yang tidak memahami
sejarah.
Apa yang dikemukakan Nabi Ismail AS menunjukkan ia seorang remaja dengan kepribadian yang matang. Ia langsung menangkap perintah Allah SWT dari cerita mimpi ayahnya, bahkan ia siap melaksanakannya dengan segala konsekuensinya. Yang amat mengagumkan adalah ia mengatakan insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. Itu artinya ia memang siap menunjukkan kesabaran, tapi ia tidak mengklaim sebagai anak yang paling sabar apalagi mengklaim sebagai satu-satunya orang yang sabar, karena ia tahu bahwa dahulu banyak orang yang sabar, bahkan mereka jauh lebih sabar dari dirinya. Ini berarti, Ismail bukan hanya punya pemahaman sejarah bahwa dulu banyak orang yang sabar, tapi juga begitu tawadhu atau rendah hati dengan mengatakan termasuk orang yang sabar.
Karena itu, ibadah haji yang sedang
dilaksanakan oleh kaum muslimin dari seluruh dunia mengisyaratkan bahwa kita
tidak pantas berlaku sombong, termasuk sombong atas kebaikan yang kita lakukan,
ini diisyaratkan dengan pakaian ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika
dikenakan saat membungkus tubuh kita menjelang dikuburkan.
Sumber:
Sumber:
Hari/Tanggal :
Jum’at/ 18 September 2015
Nama Masjid : Miftahul Huda
Alamat
Masjid : Jalan Dewi
Sri Dusun1 desa Untoro Lampung Tengah
Nama
Khotib : Bapak Subandi